
Ponorogo, 29 September 2025 – Unit Kegiatan Mahasiswa Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Abimanyu dari AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo telah menutup rangkaian Diklat Lanjut Angkatan V dengan sukses. Mengusung tema “Planting Hope, Harvesting Health: Menanam Harapan, Memanen Kesehatan”, seminar puncak yang digelar pada Minggu, 28 September 2025, tersebut menitikberatkan pada aspek konservasi etnofarmasi sebagai nilai unik keilmuan kampus.
Kegiatan ini tidak hanya membekali kader dengan teknik survival di alam bebas, tetapi juga memperdalam pemahaman tentang kekayaan biodiversity lokal, khususnya tanaman obat yang menjadi warisan leluhur (etnofarmasi) di sekitar Ponorogo. Peserta diajak untuk melihat alam sebagai “apotek hidup” yang harus dilestarikan.

Ketua MAPALA Abimanyu, Nida Kusumastuti, menjelaskan bahwa tema ini dipilih untuk menyelaraskan visi kepencintaalaman dengan kompetensi kefarmasian.
“Sebagai mahasiswa farmasi, pendekatan kami terhadap alam harus lebih dari sekadar jelajah. Konservasi etnofarmasi adalah pilar utama diklat kali ini. ‘Menanam Harapan’ bagi kami berarti melakukan pembibitan dan budidaya tanaman obat lokal yang mulai langka. Sedangkan ‘Memanen Kesehatan’ adalah hasil nyata yang bisa kami berikan kepada masyarakat dengan pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman tersebut secara lestari dan ilmiah,” tegas Nida dalam sambutannya di Aula Kampus.
Seminar menghadirkan praktisi herbalis lokal dan dosen farmakognosi AKAFARMA Sunan Giri, yang membahas identifikasi, khasiat, serta teknik budidaya berkelanjutan dari berbagai tanaman obat khas Jawa Timur.
Peserta Diklat Apresiasi Pendekatan Etnofarmasi
Salah satu peserta, Aula Rizky, mengungkapkan bahwa diklat ini memberikan perspektif baru tentang tanggung jawab seorang pecinta alam yang juga calon tenaga farmasi.
“Ini sangat relevan dengan bidang studi kami. Selama ini kita belajar tentang obat-obatan modern, tetapi diklat ini mengingatkan kita pada akar ilmu farmasi yang berasal dari alam. Saya jadi tergerak untuk mendokumentasikan dan ikut melestarikan pengetahuan tradisional tentang tanaman obat dari para tetua adat di sekitar Ponorogo. Rasanya seperti menggali harta karun yang tidak ternilai, sekaligus ‘memetik’ ilmu kesehatan yang langsung dari sumbernya,” ujar Aula dengan penuh semangat.
Dengan diselenggarakannya Diklat Lanjut V ini, MAPALA Abimanyu AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo menunjukkan komitmennya dalam mencetak kader yang tidak hanya tangguh secara fisik, tetapi juga memiliki kepekaan ekologi dan kontribusi nyata terhadap pelestarian kekayaan hayati Indonesia, khususnya di bidang etnofarmasi. Langkah ini diharapkan dapat menjadi model bagi unit pecinta alam lainnya di lingkungan kesehatan dan farmasi.