
Ponorogo, 1 Oktober 2025 – Unit Kegiatan Mahasiswa Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Abimanyu dari AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo membuktikan komitmen nyata di bidang konservasi etnofarmasi. Melalui program eksplorasi dan pendampingan masyarakat, mereka berhasil mengidentifikasi dan melakukan kegiatan konservasi terhadap 8 (delapan) spesies tanaman yang berpotensi obat di Desa Pudak Wetan, Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo.
Kedelapan tanaman tersebut, yaitu Tanjung Biru, Coekan, Daun Kier, Talas Hitam, Jarak Cina, Jahe Merah, Daun Alpukat, dan Kunir Putih, teridentifikasi berdasarkan informasi dan kearifan masyarakat lokal yang telah turun-temurun memanfaatkannya untuk menjaga kesehatan. Kegiatan ini merupakan bentuk pengabdian masyarakat yang menyinergikan tri dharma perguruan tinggi dengan semangat kepencintaalaman.
Ketua MAPALA Abimanyu, Nida Kusumastuti, menjelaskan bahwa langkah awal program dimulai dengan eksplorasi dan wawancara mendalam dengan tetua dan masyarakat desa.
“Desa Pudak Wetan menyimpan kekayaan biodiversity yang luar biasa, terutama tanaman yang dimanfaatkan sebagai jamu atau obat tradisional. Sayangnya, pengetahuan ini hanya bertahan di ingatan generasi tua dan beberapa tanaman mulai sulit ditemui. Melalui program ini, kami tidak hanya melakukan konservasi ex-situ dengan menanam ulang di area pembibitan, tetapi juga mendokumentasikan khasiatnya berdasarkan penuturan masyarakat. Ini adalah upaya kami untuk ‘mengarsipkan’ sekaligus melestarikan warisan leluhur yang tak ternilai,” papar Nida.
Kegiatan konservasi meliputi pembuatan kebun botani mini, pembibitan, serta edukasi kepada pemuda karang taruna tentang pentingnya menjaga tanaman obat lokal. Hal ini mendapat sambutan positif dari warga Desa Pudak Wetan, Bapak Suryono.
“Kami sangat apresiasi kehadiran adik-adik mahasiswa dari MAPALA Abimanyu. Selama ini, anak-anak muda lebih mengenal obat modern. Dengan adanya pendokumentasian dan penanaman kembali tanaman yang selama ini digunakan orang tua kami, seperti Tanjung Biru untuk memandikan bayi atau Daun Kier untuk antiradang, diharapkan generasi muda tidak kehilangan jejak budaya sehat nenek moyangnya,” ujar Suryono.

Mengenal Delapan Tanaman Obat yang Dikonservasi:
Berikut adalah delapan tanaman yang dikonservasi beserta potensi khasiatnya berdasarkan informasi awal masyarakat:
- Tanjung Biru (Clathria ternatea): Dimanfaatkan untuk memandikan bayi agar kulit sehat.
- Coekan( Centela asiatica) : Digunakan untuk meredakan pegal linu.
- Daun Kier ( Blumea balsamifera) : Dikenal sebagai antiradang dan penyembuh luka.
- Talas Hitam (Colocasia esculenta) : Umbinya dipercaya berkhasiat untuk kesehatan.
- Jarak Cina ( Ricinus communis) : Getahnya sering digunakan untuk mengobati sakit gigi.
- Jahe Merah (Zingiber officinale var rubrum) : Dijadikan wedang untuk menghangatkan badan dan meningkatkan imunitas.
- Daun Alpukat (Persea americana) : Direbus untuk mengatasi tekanan darah tinggi dan batu ginjal.
- Kunir Putih (Curcuma zedoaria): Dikenal sebagai imunomodulator dan antikanker.
Kedepannya, tim MAPALA Abimanyu berencana melakukan penelitian lebih lanjut bekerja sama dengan laboratorium kampus untuk menguji kandungan senyawa aktif dari kedelapan tanaman tersebut secara ilmiah. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dasar ilmiah dari kearifan lokal yang telah ada sekaligus mengembangkan potensinya dalam dunia farmasi modern.
Dengan ini, MAPALA Abimanyu AKAFARMA Sunan Giri Ponorogo tidak hanya menjaga alam, tetapi juga aktif melestarikan budaya dan pengetahuan tradisional Indonesia menuju kesehatan yang berkelanjutan.